Rabu, 31 Juli 2013

SEKILAS TENTANG PROVINSI ACEH



Aceh merupakan salah satu kawasan di Asia, terkenal dengan konflik yang berkepanjangan. Sejak 1976, Pemerintah Indonesia menghadapi permasalahan internal yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka. Ketidakadilan dan penyalahgunaan HAM menjadi sumber utama terjadinya konflik dan berakhir dengan perdamaian.Dengan jumlah penduduk sekitar 4.2 juta jiwa (2008), Aceh adalah wilayah teritorial Indonesia. Hampir semua masyarakat Aceh beragama Islam dan hidup di sektor pertanian (60%), walaupun Aceh kaya dengan sumber minyak dan gas.Berbagai upaya damai belum memberi hasil yang maksimal. Dua upaya damai yang pernah dibangun: "Jeda Kemanusiaan” atau “Humanitarian Pause" tahun 2000, hanya menghentikan konflik sementara, dan “Penghentian Permusuhan” atau "Cessation of Hostilities Agreement" (COHA) pada December 2002, tetapi berakhir dengan pelaksanaan Darurat Militer oleh Pemerintah Indonesian pada bulan Mei 2003.

Namun, bencana besar gempa dan Tsunami tanggal 26 Desember 2004 yang telah mengambil korban ratusan ribuan nyawa dan menciptakan kehancuran harta dan benda telah menciptakan sebuah perubahan besar bagi masyarakat Aceh, sekaligus menimbulkan simpati dunia serta membuka jalan perdamaian untuk mengakhiri konflik di Aceh pada tanggal 15 Agustus 2005. Jalan perdamaian yang dimediasi oleh the Crisis Management Initiative (CMI), Mantan Presiden Finlandia Bapak Martti Ahtisaari telah berhasil mengakhiri konflik di Aceh dengan menggunakan formula: “tidak ada yang disetujui sampai segala sesuatu disetujui”. MoU Perdamaian tersebut ditandatangani di Helsinki, Firlandia yang akhirnya menghasilkan UU. No. 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh.
 

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU): BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA (GOI) AND FREE ACEH MOVEMENT (GAM) 

Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan dan bermatabat bagi semua pihak. Para pihak yang bertekat untuk menciptakan kondisi, sehingga Pemerintahan Rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam Negara kesatuan dan konstitusi Republik Indonesia. Para pihak sangat yakin bahwa dengan penyelesaian damai atas konflik tersebut yang akan memungkinkan pembangunan kembali Aceh pasca Tsunami tanggal 26 Desember 2004 dapat mencapai kemajuan dan keberhasilan. Para pihak yang terlibat dalam konflik bertekad untuk membangun rasa saling percaya.
 

Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) setuju dengan isu berikut ini: “Penyelenggaraan Pemerintahan Aceh, Hak Azazi Manusia, Amnesti dan Reintegrasi ke dalam Masyarakat, Pengaturan Keamanan, Pembentukan Misi Monitoring Aceh dan Penyelesaian Perselisihan”. Nota Kesepahaman ini ditandatangani di Helsinki, Finlandian pada hari Senin tanggal 15 Agustus 2005 oleh Bapak Hamid Awaluddin, Menteri Hukum dan HAM, atas nama Pemerintah Republik Indonesia (R.I.) dan Bapak Malik Mahmud, Pemimpin, atas nama dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).Nota Perjanjian Perdamaian tersebut disaksikan oleh Bapak Martti Ahtisaari, Mantan Presiden Finlandia, Ketua Dewan Direktur Crisis Management Initiatives sebagai Fasilitator Proses Negosiasi.
 

GEOGRAFI
 

Aceh terletak di kawasan paling ujung bagian utara Pulau Sumatera, sekaligus merupakan kawasan paling barat gugusan kepulauan Indonesia yang berjumlah 17,000 pulau itu. Secara geografis, Aceh terletak di antara 2 derajat – 6 derajat Lintang Utara dan 95 derajat – 98 derajat Bujur Timur dengan luas wilayah 57.365,57 Km2. Tinggi rata-rata 125 m di atas permukaan laut. Batas di sebelah barat adalah Samudera Indonesia dan disebalah utara dan timur adalah Selat Malaka. Sedangkan, di sebelah utara mengikuti Sungai Simpang Kiri di sebelah timur dan Sungai Tamiang di sebelah barat bagian selatan. Aceh memiliki 73 sungai, 3 danau dan 119 pulau. Salah satu pulau tersebut adalah “Pulau Weh” yang terletak di bagian ujung paling barat. Pulau ini sering juga disebut Pulau Weh yang merupakan ibukota Kota Sabang yang terkenal dengan keindahan alamnya. Pulau-pulau lainnya yang berdekatan dengan Pulau Weh, seperti Pulau Rubiah, Pulau Rondo, Pulau Seulako, Pulau Breuh dan Pulau Nasi. Terdapat juga pulau-pulau besar lainnya, seperti Pulau Simeulue, Tuanku Pulau, Babi Pulau dan Pulau Banyak. Arah bujur dari badan daratan Aceh, membujur dari utara ke selatan tepatnya dari arah barat laut ke tenggara. Daratan ini yang merupakan bagian paling utara (barat laut) dari Pulau Sumatera yang dibelah oleh pegunungan Bukit Barisan yang merupakan ujung paling utara dari badan besar pegunungan Bukit Barisan, yang membujur sepanjang Pulau Sumatera. Sebelah barat pegunungan ini merupakan daerah yang sempit dengan hutan lebat, bukit yang curam dan beberapa bagian merupakan daerah dengan tebing yang curam.Sedangkan, di bagian timur Bukit Barisan terdiri dari hamparan dataran yang luas dengan sawah-sawah irigasi dan semakin mendekati pantai Selat Malaka, maka akan ditemui hutan bakau (telah dilakukan kegiatan penanaman kembali hutan bakau setelah Tsunami).Di tengah-tengah provinsi ini berjajar Pengunungan Bukit Barisan melalui dataran tinggi Tangse, Gayo dan Alas. Puncak yang paling tinggi adalah Leuser (3.466m) Ucop Molu (3.187 m), Abong-Abong (3.015 m), Peut Sago (2.786 m) Geuredong (2.295 m) dan Burni Telo (865 m).Pengunungan Aceh Raya dengan terdapat puncak Seulawah Agam (1,762 m) dan Seulawah Inong (865 M). Daerah ini juga terdapat beberapa danau: Danau Laut Tawar di Aceh Tengah, Danau Aneuk Laot di Pulau Weh dan Laut Banko di Aceh Selatan. Sungai yang bermuara ke Selat Malaka adalah Krueng Aceh, Krueng Peusangan, Krueng Peuruelak, Krueng Tamiang, sedangkan sungai yang bermuara ke Samudera Hindia adalah Krueng Teunom, Krueng Meurueubo, Krueng Simpang Kanan dan Simpang Kiri.Sungai yang besar adalah Alas dan Tripa yang sangat populer untuk kegiatan wisata petualangan air, seperti rafting, perahu air, dll.
 

I K L I M
 

Aceh memiliki iklim tropis, sehingga memungkinkan terjadinya hujan di sepanjang tahun. Walaupun, kemungkinan terjadi hujan di Aceh di sepanjang tahun, tetapi pergantian musim masih dapat terjadi. Musim kemarau biasanya terjadi sejak Bulan Juli sampai Bulan September yang didahului oleh musim kering dari sejak akhir Maret. Sedangkan, musim hujan biasanya terjadi pada Bulan Desember sampai Maret. Keadaan suhu udara Aceh umumnya panas dengan temperatur antara 25 – 30 derajat C bahkan dapat mencapai 32 derajat C di musim kemarau. Sementara di daratan tinggi umumnya berkisar antara 19 – 20 derajat C.Secara keseluruhan Aceh memiliki kelembaban yang tinggi, khususnya di wilayah pesisir barat yang sangat lembab dan basah, sehingga wilayah pantai barat hampir selalu terjadi hujan di sepanjang tahun. Beberapa daerah memiliki jumlah curah hujan hingga 4000 ml per tahun. Sebaliknya, wilayah timur memiliki jumlah curah hujan tidak pernah kurang dari 2000 ml per tahun.
 

Musim kemarau terjadi pada Bulan Maret hingga akhir Juli. Pada Bulan Mai hingga September, angin utara yang berhembus sedang sering merubah menjadi topan dan menyebabkan gelombang laut naik di sepanjang pesisir pantai barat Aceh.
 

FLORA & FAUNA
 

Aceh memiliki hutan tropis yan luas, sehingga kaya dengan keanekaragaman flora dan fauna. Hutan yang selalu hijau rimbun sepanjang waktu menjamin kehidupan bagi makhluk hidup. Aceh memiliki potensi aneka jenis fauna yang relatif besar. Tercatat bahwa ada 512 jenis binatang menyusui, 313 burung, 76 reptil dan 18 amphibi.Beberapa jenis satwa yang dianggap menarik dan tergolong langka juga dapat dijumpai di daerah ini, seperti Badak Sumatera (dhidernoseros sumatrensis), Harimau Sumatera (pan the rarigris Sumatroe), mawas atau orang utan, Kambing hutan Sumatera (nomor heaedus Sumatrensisa), gajah (elephants mazimus), dan berbagai jenis burung, seperti Rangkonngnya, kuaw, Sang raja udang. Selain, itu terdapat beberapa satwa mamalia lainnya, seperti monyet, orang utang seperti gibbon yang tidak berekor (helobates sindactilus) dan monyet berekor panjang. Juga terdapat aneka jenis kupu-kupu dengan aneka warna.Sementara, juga terdapat flora dengan keanekaragamannya yang sudah dinyatakan sebagai spesies langka, seperti Raflessia, Sang Lesf, daun Sang tumbuh berkelompok dalam hutan wisata. Tumbuhan jenis ini masuk dalam kelas “family palmae” dan berdaun sangat segar. Luas hutan Aceh berkisar 4,130,000 Ha atau meliputi 74.56 % dari luas daratan. Sekitar 849,954 ha diperuntukkan sebagai hutan lindung (20.58 %) dan 1,561,996 ha diperuntukan sebagai hutan suaka alam (37.82 %). Taman Nasional Gunung Leuser adalah taman nasional yang terluas di Asia Tenggara dengan luas 80,000 ha yang membentang 100 km dari Aceh sampai Gunung Sibayak di Provinsi Sumatera Utara. Taman alam unggulan lainnya untuk tujuan konservasi flora and fauna adalah Taman Laut Nasional Pulau Weh di Pulau Weh. Taman ini sangat terkenal dan terdiri dari beranekaragam biota laut, seperti terumbu karang dan ikan hias.Keberadaan hutan Aceh dan taman-taman nasional tersebut terus dipelihara kelangsungan hidupnya dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Aceh.
 

AGAMA DAN PENDUDUK
 

Penduduk yang mendiami wilayah Aceh adalah keturunan dari berbagai suku bangsa dan etnis dengan berbagai tipe, seperti Arab, Cina, Eropa dan India. Sedangkan penduduk asli suku Aceh diperkirakan keturunan Melayu Tua yang berasal dari Champa, Koching China dan Kamboja. Akibat kedatangan Malayu Muda dengan tingkat kebudayaan yang sudah tinggi pada waktu itu telah menyebabkan penduduk asli menyingkir dan pindah ke pedalaman. Orang-orang ini sekarang dikenal sebagai orang gayo Aceh Tengah dan alas di Aceh Tenggara.Dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan, orang Aceh telah lama melakukan kontak internasional dengan dunia luar, khususnya dengan Kerajaan Cina yang telah berlangsung lama. Beberapa hadiah dari Kerajaan Cina melalui kegiatan kerjasama perdagangan masih dapat ditemui di Aceh sekarang.Penduduk Aceh asli seluruhnya menganut agama Islam. Pemeluk agama lain, seperti Protestan, khatolik, Budha, Hindu dan lain-lain hanya masyarakat pendatang dari daerah lain atau orang Cina turunan dan orang asing. Secara keseluruhan jumlah penganut agama lain tidak lebih dari 4 % dari jumlah penduduk di Aceh.Aceh terkenal dengan sebutan “Daerah Istimewa”. Daerah Istimewa ini tertuang melalui Keputusan Perdana Menteri RI No. 1/MISSi/1959 tentang Pemberian Keistimewaan kepada Provinsi Aceh dalam bidang Agama, Pendidikan dan Adat.Sebagai pemeluk agama Islam, masyarakat Aceh menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan Adat istiadat masyarakat Aceh banyak bersumber dari ajaran Islam, sehingga Aceh dikenal dengan julukan “Serambi Mekkah“.Pemberian nama ini berkaitan dengan masuknya Agama Islam pertama sekali ke Indonesia dari Mekah melalui Aceh.Kerajaan Islam pertama di nusantara terdapat di Aceh dan umat Islam dari daerah-daerah lain yang ingin menunaikan ibadah haji ke Mekkah dilakukan melalui Aceh. Aceh pernah menjadi tempat persinggahan (transit) pada saat pergi dan kembali dalam kegiatan menunaikan Ibadah Haji.Dalam berkomunikasi sehari-hari masyarakat Aceh biasanya menggunakan Bahasa Aceh dan Indonesia. Selain Bahasa Aceh dan Indonesia, ada beberapa dialek yang berbeda dalam penggunaan bahasa. Di wilayah barat dan selatan berlaku dialek, seperti “Minang”, sedangkan di Kuala Simpang berlaku dialek “Melayu”. Di Aceh Tengah masyarakat berbahasa Gayo, sementara di Aceh Tenggara masyarakat berkomunikasi dengan menggunakan dialek “Alas”. Di beberapa tempat lain ditemui berbagai bahasa dengan dialek setempat.Kota Banda Aceh merupakan salah satu daerah dengan penduduk terpadat di Aceh. Kepadatan rata-rata 3.010 jiwa/Km2, sedangkan daerah yang tergolong jarang penduduknya adalah Kabupaten Aceh Barat dengan 32 jiwa/Km2 dan Kabupaten Aceh Tengah yang hanya 19 jiwa/Km2.

SUKU-SUKU BANGSA ACEH

Di Aceh terdapatberbagai macam suku bangsa. Suku bangsa Aceh: Suku bangsa yang menempati seluruh wilayah pesisis hingga daerah yang lebih dalam dan merupakan suku bangsa yang paling besar di AcehSuku bangsa Gayo: Suku bangsa yang menempati daerah pedalaman, seperti Aceh Tengah, Bener Meuriah dan Gayo Lues.Suku bangsa Aneuk Jamee: Suku bangsa yang menempati daerah pesisir dari Aceh Jaya sampai Aceh Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara.

Suku bangsa Singkil: Suku bangsa yang menempati daerah Aceh bagian selatan dan tenggara.Suku bangsa Kluet: Suku bangsa yang menempati daerah Aceh bagian selatan bagian tengah.Suku bangsa Alas: Suku bangsa yang menempati daerah Alas, Aceh Tenggara bagian selatan. Suku bangsa Pulau: Suku bangsa yang menempati daerah Simeulue. Suku bangsa Tamiang: Suku bangsa yang menempati daerah Aceh Timur bagian selatan. Jumlah penduduk Aceh sebelum bencana Tsunami 4.271 juta jiwa (data dari KPU, 2004). Sekarang jumlah penduduk Aceh hanya 4.031,589 juta orang (data tanggal 15 September 2005). Jumlah penduduk Aceh sekarang meningkat dua percent dari jumlah penduduk Indonesia.
 

Tidak ada komentar: